Bahaya Pulang Kampung di Tengah Penyebaran Wabah Virus Corona
Pandemi virus corona semakin meluas. Di tengah wabah tersebut, pemerintah mengimbau seluruh masyarakat, terutama di daerah rawan virus corona, untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah saja.
Namun, rupanya kampanye #dirumahaja tidak berlaku bagi sebagian warga Jakarta. Beberapa orang perantau justru memanfaatkan momen ini untuk pulang kampung. Padahal, Jakarta adalah salah satu episentrum COVID-19 di Indonesia.
Salah satunya adalah sebuah kost di Jakarta Utara yang penghuninya berbondong-bondong mudik. Menurut salah satu penghuni kamar kos, setidaknya ada 20 penghuni yang memutuskan pulang karena takut terinfeksi corona di Jakarta.
Padahal, Gubernur Anies Baswedan sudah berkali-kali mengingatkan warganya untuk tidak pergi ke luar kota. Sebab, bisa saja, orang-orang yang pulang kampung dari Jakarta justru membuat virus corona menyebar semakin luas.
Imbauan senada juga sudah dilontarkan oleh pemerintah pusat. Juru bicara pemerintah untuk penanganan corona Achmad Yurianto menyebut, tidak ada jaminan jika pemudik bersih dari virus corona saat pulang kampung.
"Apakah orang itu dari daerah yang banyak kasus, ini juga bukan masalahnya. Jadi tidak ada garansi meski dari daerah yang tidak dari daerah banyak COVID-19, tidak membawa virus ini," ucap Yuri di Kantor BNPB, Kamis (26/3).
Apalagi, tidak semua orang yang terjangkit COVID-19 menunjukkan tanda-tanda sakit. Jika daya tahan tubuhnya kuat, orang tersebut akan tetap positif COVID-19 dan bisa menularkan meski ia tidak merasa sehat.
Sehingga acara mudik di tengah pandemi virus corona ini bisa dibilang merupakan ide buruk. Hal ini terbukti dari seorang sopir bus jurusan Wonogiri-Bogor akibat virus corona.
Menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, sopir tersebut awalnya mengeluh batuk, sesak, dan demam setelah perjalanan dari Bogor ke Wonogiri. Ia lalu dirawat di RSUD Wonogiri dan setelah dilakukan serangkaian tes, rupanya ia dinyatakan positif COVID-19.
Meski demikian, rupanya masih ada perantau yang bisa menahan ego dan rasa rindunya demi kebaikan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Andika Ramadhan, salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya.
Di satu sisi, ia mengaku sangat rindu dengan keluarganya di Kei, Maluku. Namun, di sisi lain, ia khawatir menjadi pembawa virus corona jika harus pulang kampung.
"Dilema kalau pulang, takut jadi carrier, tapi ya nggak pulang rindu keluarga karena terakhir ketemu orang tua Agustus 2018, jadi udah setahun setengah sih," kata Andika.
Selama kegiatan belajar-mengajar di kampusnya dilakukan secara online, Andika lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar kosan. Mulai dari kuliah, mengerjakan tugas, atau mencari hiburan dari streaming film.
“Keluarga serahkan semuanya kembali ke aku sih, soal yang ditakutkan jadi carrier, risiko pas di perjalanan, tapi aku insyaallah paham untuk antisipasinya. Pun, kalau pulang aku pasti karantina diri sendiri di kamar sampai 14 hari, dan akan minimalisir kontak sama keluarga di rumah," kata dia.
Hal senada juga dilontarkan Rasyad Naufalana Hauzan yang memilih tinggal di kosan dekat kampusnya di Bandung daripada pulang ke Bekasi. Rasyad mengaku masih bisa menghabiskan waktu bersama beberapa temannya di kosan tersebut.
“Sekarang ada beberapa teman di kontrakan bareng, tapi mungkin besok atau lusa mereka akan segera pulang," kata Rasyad.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang
Sumber : Berbagai Sumber Media Online (kumparan)
Namun, rupanya kampanye #dirumahaja tidak berlaku bagi sebagian warga Jakarta. Beberapa orang perantau justru memanfaatkan momen ini untuk pulang kampung. Padahal, Jakarta adalah salah satu episentrum COVID-19 di Indonesia.
Salah satunya adalah sebuah kost di Jakarta Utara yang penghuninya berbondong-bondong mudik. Menurut salah satu penghuni kamar kos, setidaknya ada 20 penghuni yang memutuskan pulang karena takut terinfeksi corona di Jakarta.
Padahal, Gubernur Anies Baswedan sudah berkali-kali mengingatkan warganya untuk tidak pergi ke luar kota. Sebab, bisa saja, orang-orang yang pulang kampung dari Jakarta justru membuat virus corona menyebar semakin luas.
Imbauan senada juga sudah dilontarkan oleh pemerintah pusat. Juru bicara pemerintah untuk penanganan corona Achmad Yurianto menyebut, tidak ada jaminan jika pemudik bersih dari virus corona saat pulang kampung.
"Apakah orang itu dari daerah yang banyak kasus, ini juga bukan masalahnya. Jadi tidak ada garansi meski dari daerah yang tidak dari daerah banyak COVID-19, tidak membawa virus ini," ucap Yuri di Kantor BNPB, Kamis (26/3).
Apalagi, tidak semua orang yang terjangkit COVID-19 menunjukkan tanda-tanda sakit. Jika daya tahan tubuhnya kuat, orang tersebut akan tetap positif COVID-19 dan bisa menularkan meski ia tidak merasa sehat.
Sehingga acara mudik di tengah pandemi virus corona ini bisa dibilang merupakan ide buruk. Hal ini terbukti dari seorang sopir bus jurusan Wonogiri-Bogor akibat virus corona.
Menurut Bupati Wonogiri Joko Sutopo, sopir tersebut awalnya mengeluh batuk, sesak, dan demam setelah perjalanan dari Bogor ke Wonogiri. Ia lalu dirawat di RSUD Wonogiri dan setelah dilakukan serangkaian tes, rupanya ia dinyatakan positif COVID-19.
Meski demikian, rupanya masih ada perantau yang bisa menahan ego dan rasa rindunya demi kebaikan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Andika Ramadhan, salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta misalnya.
Di satu sisi, ia mengaku sangat rindu dengan keluarganya di Kei, Maluku. Namun, di sisi lain, ia khawatir menjadi pembawa virus corona jika harus pulang kampung.
"Dilema kalau pulang, takut jadi carrier, tapi ya nggak pulang rindu keluarga karena terakhir ketemu orang tua Agustus 2018, jadi udah setahun setengah sih," kata Andika.
Selama kegiatan belajar-mengajar di kampusnya dilakukan secara online, Andika lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar kosan. Mulai dari kuliah, mengerjakan tugas, atau mencari hiburan dari streaming film.
“Keluarga serahkan semuanya kembali ke aku sih, soal yang ditakutkan jadi carrier, risiko pas di perjalanan, tapi aku insyaallah paham untuk antisipasinya. Pun, kalau pulang aku pasti karantina diri sendiri di kamar sampai 14 hari, dan akan minimalisir kontak sama keluarga di rumah," kata dia.
Hal senada juga dilontarkan Rasyad Naufalana Hauzan yang memilih tinggal di kosan dekat kampusnya di Bandung daripada pulang ke Bekasi. Rasyad mengaku masih bisa menghabiskan waktu bersama beberapa temannya di kosan tersebut.
“Sekarang ada beberapa teman di kontrakan bareng, tapi mungkin besok atau lusa mereka akan segera pulang," kata Rasyad.
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang
Sumber : Berbagai Sumber Media Online (kumparan)
Belum ada Komentar untuk "Bahaya Pulang Kampung di Tengah Penyebaran Wabah Virus Corona"
Posting Komentar