Guru Honorer Di Cirebon, Tetap Ikhlas Mengajar Meski Hanya Miliki 2 Murid
Pagi itu, sekira pukul 10.35 WIB, raut wajah para siswa nampak cukup lelah setelah mengikuti kegiatan pendidikan jasmani. Di antara mereka, ada salah seorang siswa yang sedang membuang air kecil di samping sudut sekolah. Memang, sepanjang mata memandang, tidak ada penampakan bangunan toilet yang diperuntukan untuk para siswa.
Sebelum mereka datang, suasana di SDN 3 Karangwuni, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terlihat sangat sepi. Hanya ada dua orang siswa kelas I yang berada di dalam kelas. Sisanya hanya ada tiga orang guru yang ada di ruangannya. SDN 3 Karangwuni merupakan sekolah terpencil yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Cirebon dengan Kabupaten Kuningan. Siswa di sekolah ini hanya berjumlah 26 orang saja.
Mendapat predikat sebagai sekolah terpencil, tentunya segala keterbatasan dalam kegitan belajar mengajar sering dialami oleh para siswa di SDN 3 Karangwuni. Apalagi, di sekolah ini hanya memiliki dua guru honorer dan satu guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan untuk jabatan Kepala Sekolah dirangkap oleh Kepala Sekolah lain dari SD di dekat SDN 3 Karangwuni.
Sejak tahun 2007 silam, Hendrik Andriyana Lesmana resmi diangkat sebagai guru honorer di SDN 3 Karangwuni. Seperti nasib kebanyakan guru honorer lainnya, pria yang akrab disapa Hendrik ini, mendapat bayaran yang cukup rendah untuk pengabdiannya mengajar di sekolah terpencil di Kabupaten Cirebon.
Selain menjadi guru honorer, ia juga merangkap sebagai operator sekolah. Hendrik mengaku, dengan menjalankan kedua tugasnya ini ia mendapat honor sekitar Rp600 ribu per bulan.
Hendrik mengatakan, uang sebesar Rp600 ribu tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Jika dihitung-hitung dengan penghasilannya ini, setiap harinya ia hanya bisa memegang uang sekitar Rp20 ribu. Itu pun belum termasuk keperluan transportasi seperti uang bensin dan sebagainya. Dalam menutupi kekurangannya tersebut, Hendrik bahkan harus mengerjakan pekerjaan sampingan lainnya.
Jarak dari rumah Hendrik menuju SDN 3 Karangwuni sekitar 8 kilometer. Saat berangkat, ia mesti melewati jalan dengan kondisinya yang tidak begitu baik, serta sering longsor pada musim hujan. Ia juga mengaku, pernah beberapa kali menaruh motornya dan berjalan kaki ke sekolah, ketika kondisi jalanan itu sedang berlumpur. Apabila ia tidak melewati jalur tersebut, maka ia akan menempuh jarak yang lebih jauh lagi yakni 16 kilometer.
Hendrik bercerita, salah satu alasan mengapa ia tetap ikhlas untuk mengajar di SDN 3 Karangwuni adalah, karena melihat semangat anak muridnya yang begitu tinggi untuk belajar, meski dalam segala keterbatasan. Ia pun bangga, walau sekolahnya berada di tempat terpencil, para siswa mampu bersprestasi dan bersaing dengan siswa dari sekolah lain.
“Saya berharap kerja keras saya akan dapat menginspirasi semua orang untuk mendapatkan pengetahuan dan membaca Al Quran.”
Demikianlah pokok bahasan Artikel ini yang dapat kami paparkan, Besar harapan kami Artikel ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, Penulis menyadari Artikel ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar Artikel ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Belum ada Komentar untuk "Guru Honorer Di Cirebon, Tetap Ikhlas Mengajar Meski Hanya Miliki 2 Murid"
Posting Komentar